Lihat
Muqaddimah Surat Yunus dalam Al-
Quran terjemahan Depag yang mengakui
adanya sisipan diatas apa yang sudah
diturunkan secara asli, langsung dan
sempurna:
“Surat Yunus terdiri atas 109 ayat,
termasuk golongan surat-surat
Makkiyyah kecuali surat ayat 40, 94,
95, yang diturunkan pada masa Nabi
Muhammad s.a.w. berada di Madinah”.
Muslim seharusnya kasihan
menyaksikan betapa sia-sianya Jibril
yang kerjaannya tidak pernah tuntas
sekali pukul pertama, sehingga harus
diulang-ulang!
Keabsahan Surat Pertama
Muslim awam umumnya merasa bahwa
surat ini memang sudah selayaknya
ditempatkan sebagai surat pertama
sesuai dengan maknanya sebagai Surat
Pembukaan (al-Fatihah), jadi, ya
seharusnya ia merupakan surat awal
Makkiyah! Ini adalah kekeliruan
menyusuli kekeliruan! Muslim lupa
bertanya, “Siapakah yang memberi
nama al-Fatihah dan siapa yang
menempatkan surat tersebut?” Hanya
apabila Allah yang memberi nama dan
penempatan lewat wahyuNya, maka ia
mempunyai legitimasi ilahi sebagai
Pembuka Al-Quran yang sesungguhnya,
dan bukan sempalan manusia seperti
yang diperlihatkan diatas. Tetapi
dimanapun dalam Quran, Muhammad
tidak pernah diberi wahyu tentang
nama judul bagi surat-surat-Nya,
melainkan hanya disebut
nama generiknya saja sebagai “sebuah
surat“, atau “suatu surat” (Qs.2:23,
9:86, 24:1 dst). Surat-surat ini dalam
sejarah awal Islam, oleh pelbagai pihak
dirujuk dengan pelbagai nama yang
beragam dan sebagiannya telah dibuang,
dan baru kemudian hari secara
atsar (dampak dari sebutan-sebutan
umum) muncul pembakuan judul surat-
surat yang mana membuktikan bahwa
itu semua adalah penjudulan manusia . ..
“Merupakan suatu hal yang pasti bahwa
nama-nama yang diberikan kepada
surat-surat itu bukanlah bagian dari
Quran. Tidak jelas kapan munculnya
nama-nama surat yang beragam
itu…. sekitar pertengahan abad ke-8
dapat dipastikan bahwa nama-nama
surat yang beragam itu telah
memasyarakat” (Taufik A. Amal,
Rekonstruksi Sejarah al-Quran,
p.211-212).
Penggugatan akan pewahyuan Surat Al-
Fatihah ini didukung oleh
segudang fakta historis, antara lain
menyangkut hal-hal gamang yang
menyelimuti dirinya:
1). Surat al-Fatihah ini tidak mempunyai
pijakan asal-usul dan sebab musabab
pewahyuannya; ia yang sekalipun
dianggap surat paling terhormat dan
termulia, namun muncul begitu saja
tanpa silsilah!
2). Kosong-kronologi, bahkan tidak
diketahui kapan ia diturunkan dan
dimana. Bahkan tak ada indikasi ia
diturunkan setelah (atau sebelum) ayat
atau surat apa. Semuanya hanyalah
hasil penempatan secara acak yang
kehilangan referensi.
3). Tidak memiliki legitimasi ilahi dalam
tata-letaknya sebagai Ummul Kitab, al-
Kafiyah, al-Asas dan sebagai Surat
Pertama, sebab bukan Muhammad yang
menetapkannya disana atas nama Allah!
Hadis manakah yang ada mengatakan
bahwa Nabi menetapkan urutan surat
Al-Fatihah sebagai surat Pertama?
Bahkan sahabat Nabi manakah yang
sudah menuliskan atau membacakan
Surat ini (sebagai wahyu) sebelum
hijrah?
4). Ternyata surat-1 ini (dan juga
bersama surat 113 dan 114), tidak
dimasukkan oleh Ibn Mas’ud dalam
koleksi naskahnya (As Suyuti, al-Itqan,
I:220-22). Padahal tidak ada keraguan
bahwa Ibn Mas’ud adalah salah satu
otoritas terbesar dalam al-Quran, dan
tanpa tandingan untuk surat-surat
Makkiyah! Ini akan kita kupas nanti.
5). Konten wahyunya al-Fatihah adalah
sebuah musibah, karena memperlihatkan
suatu rangkaian wahyu yang
dipersekutukan dengan non-wahyu!
Menurut makna dan isi teksnya , al-
Fatihah jelas bukan seruan doa dari
Allah tetapi sebaliknya, seruan doa
manusia kepada sosok Allah! Dan ini
sudah menafikan dirinya sebagai kata-
kata Allah yang termaktub dalam Lauhul
Mahfudz. Namun
menurut formatnya yang masuk dalam
bagian Al-Quran, ia pastilah wahyu
langsung ucapan Allah
sebagaimana seluruh kalimat Quran
yang adalah seruan Allah semata . Jadi
bagaimanakah Muslim dapat
memahaminya?
Muqaddimah Surat Yunus dalam Al-
Quran terjemahan Depag yang mengakui
adanya sisipan diatas apa yang sudah
diturunkan secara asli, langsung dan
sempurna:
“Surat Yunus terdiri atas 109 ayat,
termasuk golongan surat-surat
Makkiyyah kecuali surat ayat 40, 94,
95, yang diturunkan pada masa Nabi
Muhammad s.a.w. berada di Madinah”.
Muslim seharusnya kasihan
menyaksikan betapa sia-sianya Jibril
yang kerjaannya tidak pernah tuntas
sekali pukul pertama, sehingga harus
diulang-ulang!
Keabsahan Surat Pertama
Muslim awam umumnya merasa bahwa
surat ini memang sudah selayaknya
ditempatkan sebagai surat pertama
sesuai dengan maknanya sebagai Surat
Pembukaan (al-Fatihah), jadi, ya
seharusnya ia merupakan surat awal
Makkiyah! Ini adalah kekeliruan
menyusuli kekeliruan! Muslim lupa
bertanya, “Siapakah yang memberi
nama al-Fatihah dan siapa yang
menempatkan surat tersebut?” Hanya
apabila Allah yang memberi nama dan
penempatan lewat wahyuNya, maka ia
mempunyai legitimasi ilahi sebagai
Pembuka Al-Quran yang sesungguhnya,
dan bukan sempalan manusia seperti
yang diperlihatkan diatas. Tetapi
dimanapun dalam Quran, Muhammad
tidak pernah diberi wahyu tentang
nama judul bagi surat-surat-Nya,
melainkan hanya disebut
nama generiknya saja sebagai “sebuah
surat“, atau “suatu surat” (Qs.2:23,
9:86, 24:1 dst). Surat-surat ini dalam
sejarah awal Islam, oleh pelbagai pihak
dirujuk dengan pelbagai nama yang
beragam dan sebagiannya telah dibuang,
dan baru kemudian hari secara
atsar (dampak dari sebutan-sebutan
umum) muncul pembakuan judul surat-
surat yang mana membuktikan bahwa
itu semua adalah penjudulan manusia . ..
“Merupakan suatu hal yang pasti bahwa
nama-nama yang diberikan kepada
surat-surat itu bukanlah bagian dari
Quran. Tidak jelas kapan munculnya
nama-nama surat yang beragam
itu…. sekitar pertengahan abad ke-8
dapat dipastikan bahwa nama-nama
surat yang beragam itu telah
memasyarakat” (Taufik A. Amal,
Rekonstruksi Sejarah al-Quran,
p.211-212).
Penggugatan akan pewahyuan Surat Al-
Fatihah ini didukung oleh
segudang fakta historis, antara lain
menyangkut hal-hal gamang yang
menyelimuti dirinya:
1). Surat al-Fatihah ini tidak mempunyai
pijakan asal-usul dan sebab musabab
pewahyuannya; ia yang sekalipun
dianggap surat paling terhormat dan
termulia, namun muncul begitu saja
tanpa silsilah!
2). Kosong-kronologi, bahkan tidak
diketahui kapan ia diturunkan dan
dimana. Bahkan tak ada indikasi ia
diturunkan setelah (atau sebelum) ayat
atau surat apa. Semuanya hanyalah
hasil penempatan secara acak yang
kehilangan referensi.
3). Tidak memiliki legitimasi ilahi dalam
tata-letaknya sebagai Ummul Kitab, al-
Kafiyah, al-Asas dan sebagai Surat
Pertama, sebab bukan Muhammad yang
menetapkannya disana atas nama Allah!
Hadis manakah yang ada mengatakan
bahwa Nabi menetapkan urutan surat
Al-Fatihah sebagai surat Pertama?
Bahkan sahabat Nabi manakah yang
sudah menuliskan atau membacakan
Surat ini (sebagai wahyu) sebelum
hijrah?
4). Ternyata surat-1 ini (dan juga
bersama surat 113 dan 114), tidak
dimasukkan oleh Ibn Mas’ud dalam
koleksi naskahnya (As Suyuti, al-Itqan,
I:220-22). Padahal tidak ada keraguan
bahwa Ibn Mas’ud adalah salah satu
otoritas terbesar dalam al-Quran, dan
tanpa tandingan untuk surat-surat
Makkiyah! Ini akan kita kupas nanti.
5). Konten wahyunya al-Fatihah adalah
sebuah musibah, karena memperlihatkan
suatu rangkaian wahyu yang
dipersekutukan dengan non-wahyu!
Menurut makna dan isi teksnya , al-
Fatihah jelas bukan seruan doa dari
Allah tetapi sebaliknya, seruan doa
manusia kepada sosok Allah! Dan ini
sudah menafikan dirinya sebagai kata-
kata Allah yang termaktub dalam Lauhul
Mahfudz. Namun
menurut formatnya yang masuk dalam
bagian Al-Quran, ia pastilah wahyu
langsung ucapan Allah
sebagaimana seluruh kalimat Quran
yang adalah seruan Allah semata . Jadi
bagaimanakah Muslim dapat
memahaminya?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar