Allah tidak menyertakan kata
tanda “Qul” [Katakan (hai Muhammad)
…. ] kedalam surat ini, khususnya untuk
ayat 5-7, yang memperlihatkan bahwa ia
hanyalah sebentuk doa dari manusia,
bukan tanda verbatim dari mulut Allah
sendiri . Bukankah penandaan kata ini
sudah dibakukan secara khusus dan
sudah diserukan oleh Allah sendiri
sebanyak 332 kali “Qul” diseluruh
Quran? Maka mungkinkah Surat
Terkemuka al-Fatimah ini justru akan
dilalaikan Allah dari satu kata seruan
“Qul”/ “Katakan”? Padahal kata-seruan
itu mutlak
diperlukan demi menjaga agar FirmanNya
jangan sampai dipersekutukan kedalam
“firman manusia” .
Mushaf koleksi Ibn Mas’ud yang
otoritatif
Salah satu Muslim yang paling awal
adalah Ibn Mas’ud, yang keilmuannya
dalam Quran “terpaksa” diakui oleh
mainstream Islam, karena fakta-fakta
yang tidak tersembunyikan oleh mereka,
mulai dari pujian Muhammad hingga ke
Jibril!
*Muhammad sendiri memujikan dia
dengan menyebut namanya pertama-
tama sbb: “Belajarlah mengaji Quran
dari 4 orang: dari Ibn Mas’ud, Salim
sekutu dari Abu Hudhaifa, Ubayy b.
Ka’b, dan Mu’adh b. Jabal” (Shahih
Muslim, vol.4, p.1313, Shahih Bukhari
vol.5, p.96-97).
*Khalifah Umar bin al-Khattab dalam
suratnya kepada penduduk Kufa
mengkonfirmasikan keteladanan dan
ilmunya:
“Demi Allah yang tidak ada Tuhan selain
Dia, sesungguhnya aku mengutamakan
Abdullah bin Mas’ud atas diriku. Maka
tuntutlah ilmu darinya.”
*Khalayak & Muhammad . Ibn Mas’ud
pada suatu event sempat mendemo-kan
pengajian lebih dari 70 surat koleksinya
dihadapan Muhammad dll. Ini adalah
peragaan yang luar biasa! Baik
Muhammad maupun hadirin lainnya
tidak satupun yang menyalahkan
pengajiannya ( Shahih Muslim vol.4,
p.1312). Dan ini sekaligus menjelaskan
betapa Ibn Mas’ud sesungguhnya telah
mengantongi “the 70 proven canonical
surahs” (surat-surat yang terbukti
shahih) yang tidak bisa tidak harus turut
dijadikan rujukan kebenaran untuk
mushaf-mushaf manapun yang muncul
kemudian, khususnya mushaf Utsman
(yang sayang tidak dilakukan oleh
Utsman).
*Sumpah Ibn Mas’ud sendiri . Ya dialah
orangnya yang paling sempat dan
mampu mencatat wahyu yang terturun
karena kedekatannya dan seringnya ia
berada bersama dengan Muhammad
(bahkan sejak masih kanak-kanaknya
Zayd bin Tsabit). Itu sebabnya beliau
berani bersumpah: “Demi Allah, tidak
ada satu ayatpun dari Al-Quran tanpa
kuketahui latar belakang diturunkannya
ayat tersebut. Tidak ada seorang-pun
yang lebih mengetahui tentang
Kitabullah disbanding aku. Meskipun
begitu, aku bukanlah orang yang terbaik
diantara kalian”. (HR.Ahmad bin
Hanbal).
*Jibril. Bahkan dikatakan Ibn Mas’ud ini
mendapat kehormatan selalu hadir
sewaktu Muhammad meneliti kembali
Al-Our’an bersama Jibril setiap tahun
(Ibn Sa’d, Kitab Al Tabaqat Al-Kabir,
jilid 2,haI.441).
Keabsahan Surat-surat Al-Quran
Jikalau Ibn Mas’ud tahu setiap latar
belakang turunnya setiap ayat, maka tak
pelak lagi Muslim lainnya harus
memiliki fakta-fakta yang super-
shahih agar dapat menyalahkan ayat
dan surat apa yang telah
dikumpulkannya atau apa yang
ditolaknya. Dan Ibn Mas’ud dengan
tegas menolak surat-surat 1, 113, 114
sebagai wahyu! Penolakan mana
bukannya dibantahi atau dipersalahkan
Utsman dengan bukti-bukti dan
persidangan, tetapi justru naskah ibn
Mas’ud itulah yang diharus-kan untuk
dimusnahkan atas perintah Utsman
sebagai tindak penguasa yang
sewenang-wenang:
“Utsman mengirim kepada setiap
propinsi satu kitab yang telah mereka
salin, dan memerintah-kan agar semua
naskah-naskah Al-Our’an yang lain,
apakah dalam bentuk yang terbagi-bagi,
atau yang lengkap, harus dibakar.
(Sahih al- Bukhari, Jilid 6,hal.479).
Tetapi adakah Utsman mendapatkan
mandat-ilahi untuk memusnahkan
naskah-naskah dari ucapan-ucapan
Muhammad yang paling primer?
Tidakkah Nabi akan menangisi
pembakaran Kalimat Allahnya?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar